Inilah Alasan Menikah dengan Orang Asing (tulisan bagian dua)

Penulis Lukman Hakim Zuhdi

Menikah dengan pasangan beda negara, mungkin bagi sebagian orang Indonesia punya kebanggaan tersendiri: unik, keren, bergengsi, bayangan hidup mewah, dan bakal punya anak indo. Atas dasar itu, barangkali ada juga segelintir orang yang sudah mencanangkannya sejak usia remaja. Rupanya hal tersebut tidak berlaku bagi Riyanti Kutty Nurinda Nusrtdinova, yang mengaku tidak menargetkan harus menikah dengan orang asing. Perempuan berusia 27 itu justru menyebutnya sebagai takdir atau sudah jalan hidupnya.

Ceritanya bermula sewaktu Nurinda mendapatkan beasiswa S2 ke Rusia.  Saat itu, ia sudah memasuki usia saatnya memikirkan hubungan yang serius dengan seseorang. Ketika itu pula, ia berada di satu titik puncak, dimana dirinya sangat ingin bertekad menjadi muslimah yang baik. Hidup sesuai syariat Islam, dengan memegang teguh dan menerapkan prinsip Islam secara kuat. Padahal, Nurinda hidup dan tinggal sebagai mahasiswa rantau di negeri yang sangat jauh dari suasana islami. 

“Untuk melakukan shalat 5 waktu saja, terkadang saya harus berjuang sekuat tenaga. Maksiat ada dimana-mana. Orang minum alkohol seperti minum air putih. Gaya hidupnya bebas. Sementara yang perempuan hampir tidak berpakaian saat musim panas tiba. Alhamdulillah, justru karena itulah mungkin Allah mengetuk hati saya untuk senantiasa dekat dengan-Nya,” tutur Nurinda. 

Nurinda sudah menekadkan diri tidak ingin pacaran, sekadar flirting atau ngeceng. Ia berusaha mencari pasangan hidup dengan kualitas agama yang baik –tanpa embel-embel pria ganteng, macho, kaya, dan atribut lainnya—, lalu langsung menikah. Namun, menurut perhitungannya, rasanya agak mustahil. Apalagi ia baru tahun pertama hidup di Negeri Beruang Merah.

Suatu hari, Nurinda bertemu dengan orang Rusia yang berasal dari suku Tatar.   Rusia terdiri dari berbagai suku. Sebagian besar penduduk suku Tatar beragama Islam sejak lahir. Namanya Fidanis Fazilyanovich Nusrtdinov, usianya 29 tahun. Dimata Nurinda, Fidanis yang berprofesi sebagai dokter bedah termasuk sosok muslim yang memegang teguh prinsip Islam. Dari kecil, Fidanis selalu berusaha belajar Islam, meski banyak kesulitan yang dihadapi.  Misalkan, dulu rezim komunis Uni Soveit melarang rakyatnya menjalankan ibadah.

“Apalagi, Fidanis mengatakan kepada saya bahwa dia bercita-cita membangun keluarga yang Islami. Kata-kata itu yang membuat hati saya Nurinda Rusia 03luluh hingga akhirnya saya memilih dia sebagai suami saya. Setelah menikah dengannya (kami menikah pada 15 November 2007, di Cilegon, Indonesia), saya baru tahu kalau ternyata dia sangat romantis. Sampai saat ini, dia masih seperti dulu; selalu rajin meng-sms saya, membelikan bunga dan mencurahkan perhatiannya,” cerita Nurinda dengan wajah berbinar.  

Sebaliknya, Fidanis punya alasan sendiri sampai berani menikahi Nurinda. Fidanis mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu Nurinda. Dia bilang Nurinda cantik, pintar dan berpendidikan. Ketika itu, Fidanis memang tengah mencari calon istri yang minimal berjilbab, yang notabene sulit ditemukan di tanah Rusia.

“Biasanya, muslimah di sini tidak berpendidikan dan hanya duduk di rumah. Karena itu, saya beruntung bisa menikahi Nurinda. Alhamdulillah….” tutur Fidanis seraya melempar senyum.

Lain lagi cerita dan alasan Mohammed Lorand yang menikahi Sermiyati (kini telah wafat). Pria kelahiran Rumania, 7 Januari 1951, itu awalnya tertarik hanya dengan aneka budaya dan keramahan masyarakat Indonesia. Lama kelamaan, setelah beberapa waktu bekerja di Indonesia, pemilik nama asli Lorand Mercia Kunta ini kepincut juga dengan gadis tanah air.

“Saya menikahi Sermiyati karena orang Jawa terkenal dengan lemah lembut, luwes, ayu, keibuan, sayang, penuh perhatian, dan sopan santunnya yang mengesankan. Gambaran kehidupan masyarakat di sini berbeda sekali dengan di negara kelahiran saya,” kenang bule yang kini mengelola Yayasan Nusantara Foundation, di Jl. Karbela II/31, Karet Setia Budi, Jakarta Selatan.

Mohammed Lorand –akrab disapa Abang Lorand—menambahkan, hingga saat ini bukan dirinya saja yang menikah dengan warga Indonesia. Seorang keponakan perempuannya yang bernama Monica, sudah resmi menjadi istri Dani. Dani adalah salah seorang yang membantu mengurus anak-anak di Bang Lorand 01panti asuhan yang dirintis Abang Lorand sejak tahun 1989.

“Saya lihat, sejak keduanya bertemu pertama kali di yayasan ini, antara Monica dan Dani ada rasa saling mencintai. Monica asli orang Rumania, sementara Dani berasal dari Tegal. Saya kira tidak ada hambatan krusial jika keduanya dipersatukan dalam ikatan janji suci. Memang keduanya banyak memiliki perbedaan, tapi keduanya sama-sama muslim. Tanpa pikir panjang, saya menikahkannya, meski keduanya tergolong masih muda. Setelah menikah, kurang lebih setahun berikutnya, lahirlah seorang anak lelaki bernama Adam. Wajah dan postur tubuhnya bule abis (mirip Monica),” cerocos Abang Lorand, dengan gaya khasnya.

Berangkat dari kenyataan tersebut, Abang Lorand ingin menegaskan bahwa agama termasuk salah satu aspek penting yang dapat mempersatukan dua orang berlainan jenis dari dua negara dengan karakter yang pastinya berbeda-beda. Pernyataan Abang Lorand senada dengan KH. Anis Manshur Arsyad. Menurut khodim Al-Ma’had Al-Banin Buntet Pesantren Cirebon ini, jika antar manusia tidak mungkin dipersatukan berdasarkan etnis atau warna kulit, maka agama yang akan mengikatnya.

“Agama (Islam) seperti payung besar yang siap dan sanggup menaungi Anis Mansur 05semua orang. Jika seseorang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka statusnya dihadapan Sang Pencipta semua sama, kecuali kadar ketakwaannya. Dalam konteks pernikahan beda negara, maka agama ini bisa merekatkan tali atau simpul-simpul yang sebelumnya renggang. Pijakan agama lebih kuat dari pijakan lainnya. Jadi, jika ada orang Indonesia yang ingin menikah dengan orang asing, maka jadikanlah agama sebagai pondasi utamanya. Dengan demikian, insya Allah nanti mereka bisa selamat dunia dan akhirat,” jelas KH. Anis Manshur. (Tulisan ini dimuat di Majalah ANGGUN edisi Juli-Agustus 2009)

3 respons untuk ‘Inilah Alasan Menikah dengan Orang Asing (tulisan bagian dua)

  1. Susan Noerina November 7, 2009 / 11:25 pm

    To: Riyanti Kutty Nurinda

    Aslkm. Rinda, ini Susan. Masih kenal ga temen SMP 1 Cilegon dulu? Alhmd kalo kita bisa ngobrol2 lagi. Bisa minta alamat email lo ga? Atau phone number biar bisa smsan. Gw sekarang di Miri, Malaysia. Alhmd udah ada 1 putri, usia 1 tahun. Hope you read my message. Miss u

    NB: Kapan pulang ke Cilegon? Gw udah 2 tahun ga pulang. Lebaran kemarin di tempat mertua (Singkawang, Kalbar), yang tahun lalu di Malaysia ajah coz lagi hamil besar

    • komunitasamam November 12, 2009 / 11:32 am

      Susan Noerina, ini email Riyanti Kutty Nurinda: nurinda10@hotmail.com
      atau nurinda10@gmail.com. semoga kalian bisa menjalin komunikasi kembali setelah terpisahkan oleh jarak dan waktu.

  2. rinda November 21, 2009 / 10:09 am

    Wa’alaikumsalam Susan. Ya ampun ko ketemuan disini. Hehe. Alhamdulillah yah. Ya jelas masih inget dong. Emailnya nurinda10@hotmail.com.
    Wah Alhamdulillah ya udah ada 1 putri nih.
    Udah 2 taun ga pulang ke Cilegon? Waduh ko bisa sih San? Mamamu ga kangen? Gue walopun jauh, tiap taun pasti pulang. Ini baru pulang ke Cilegon, karena lagi hamil juga, Alhamdulillah. Ditunggu emailnya yah.
    Btw, makasih ya mas yang punya site ini.

Tinggalkan komentar