Membangkitkan Petani

Penulis Lukman Hakim Zuhdi

Para pendahulu negeri ini telah memproklamirkan bahwa Indonesia sebagai negara agraris dan menjadikan lahan pertanian sebagai tulang punggung kehidupan masyarakatnya. Mereka tahu, Indonesia adalah salah satu negara Mega Biodiversity dan memiliki sekitar 60 persen dari dua juta spesies tumbuhan di dunia. Mega Biodiversity artinya kekayaan akan keanekaragaman hayati ekosistem, sumber daya genetika, dan spesies yang sangat berlimpah. Baca lebih lanjut

Sugandi, Tak Menyesal Jadi Petani

Pewawancara & Penulis Lukman Hakim Zuhdi

Sugandi (62), itulah nama lengkapnya. Warga Kampung Muara Jaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, itu punya masa lalu yang indah. Dulu, sebelum tahun 1985, ia dikenal sebagai pembuat layang-layang yang hebat.

Dalam seminggu, Sugandi yang dibantu keluarganya dapat memproduksi sekitar 2.000 buah layang-layang. Hasil kreasi tangannya itu diminati banyak orang, utamanya warga Jakarta. Bahkan nama Sugandi terdengar hingga negeri Singapura dan Belanda berkat layang-layang.

”Ada beberapa turis yang sering datang ke rumah saya untuk pesan layang-layang,” tandas Sugandi.

Para pecinta layang-layang dari berbagai daerah –antara lain Jakarta, Depok, Bogor, Sukabumi, dan Kalimantan—kerap datang ke rumah Sugandi untuk berguru. Tak perlu heran bila dalam sebulan –ketika tahun 1970-an—, Sugandi bisa mengantongi penghasilan hingga 2 juta rupiah dari usaha layang-layang. Baca lebih lanjut

2010, Ekonomi Indonesia di Persimpangan

Penulis Lukman Hakim Zuhdi

Tahun ini, perekonomian dunia diperkirakan pulih setelah ambruk diterjang krisis finansial global. Pemerintah Indonesia harus  bisa memanfaatkan momentum tersebut.

Pada 2010, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,7 persen. Prediksi itu disampaikan Rizal Ramli dan Hendri Saparini, pada acara Economic Outlook 2010 yang digagas lembaga Econit, di Jakarta, Kamis, (14/01). Rizal Ramli mengatakan,

Rizal Ramli, Direktur Econit
Rizal Ramli, Direktur Econit

tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dari 2009, yang hanya  4,4 persen.

“Tetapi, tingkat pertumbuhan ekonomi itu relatif rendah dibandingkan dengan potensinya dan diperkirakan kembali akan berkualitas rendah (slow recovery and low quality growth),” cetus ekonom kelahiran Sumatera Barat, 10 Desember 1953.

Menurut Rizal, pertumbuhan ekonomi 2010 didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan kenaikan harga komoditas (commodity price). Selain itu, pertumbuhan ekonomi dipicu banjirnya dana spekulatif berjangka pendek (hot money) dan utang berbunga tinggi (high cost debt).

“Namun, belajar dari pengalaman dan strategi kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia pada 2009, pemulihan ekonomi yang bergantung pada hot money dan high cost debt hanya akan menjadikan ekonomi Indonesia sangat fragile (rentan guncangan). Istilahnya, ekonomi Indonesia seperti roller coaster,” tukasnya.

Baca lebih lanjut